Minggu, 10 September 2017

PERJUANGAN PANJANG MUADALAH

Tajammu FPA (Forum Pondok Alumni) Gontor dan FPM (Forum Pesantren Muadalah) di Pondok Pesantren Modern Al-Ishlah, Bondowoso, yg diasuh oleh KH. Muhammad Maksum, Sabtu (9/9).
FPA kini beranggotakan sktr 400 lebih pondok alumni. FPA dipimpin oleh Ketum Dr. KH. Zulkifli Muhadli, MM (Pengasuh PP Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa), menggantikan Almarhum KH. Tijani Djauhari.
Kriteria keanggotaan FPA adalah pondok yang didirikan dan dipimpin oleh alumni Gontor, atau pondok yang pendirinya bukan alumni Gontor tapi dipimpin oleh alumni Gontor. Ada wacana FPA keanggotaannya akan diperluas kepada pondok-pondok cucu, yaitu pondok yang didirikan oleh alumni pondok alumni Gontor. Jika ini dilakukan maka diperkirakan jumlahnya lebih dari 1000 pondok (anak dan cucu).
FPM adalah kumpulan pesantren muadalah baik sistem salafiyah, muallimin maupun diniyah formal. Anggotanya ratusan pesantren baik modern (berafiliasi ke Gontor) maupun salaf. Ketum FPM adalah KH. Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA dengan Sekjennya KH. Lukman Haris Dimyati (Pengasuh PP Tremas, Pacitan).
Untuk yang muadalah dg sistem muallimin dikoordinatori oleh Dr. KH. Tata Taufik (pengasuh PP Al-Ikhlas Kuningan) dan Ustadz Agus Budiman , M.Pd dari Gontor.
Saat ini ada sekitar 30an pondok alumni yg sdh muadalah termasuk PM Tazakka dan PM Baitul Hidayah Bandung.
Muadalah sdh dipayungi dg PMA (Peraturan Menteri Agama) yg ditandatangani oleh Menag Lukman Hakim Saefuddin yg juga alumni Gontor. Perjalanan perjuangan muadalah sangat panjang dan berdarah-darah, yg dilakukan oleh Ayahanda KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Beliau tiada kenal lelah memperjuangkan pondok-pondok alumni yg konsisten mengikuti sistem KMI agar dapat muadalah. Perjuangan dilanjutkan oleh Kiai Amal krn Kiai Syukri detik-detik akhir perjuangan muadalah beliau sakit.
Kini, dengan PMA Muadalah, bagi pondok alumni yg akan mengikuti kaffah sistem KMI jalan terbuka lebar. Tetap mandiri dg kekhasan sistem KMI, tdk ada intervensi dr luar, namun mendapat pengakuan kesetaraan oleh negara.
Saat ini, yg muadalah pun ijazahnya disamakan oleh Kemenag dengan logo Garuda Emas di kop ijazah dan bernomor induk dari Kemenag Pusat. Sehingga dengan demikian sistem KMI menjadi formal dan setara dengan pendidikan sejenis di levelnya.
Yang menarik adalah bahwa perjuangan muadalah bukan hanya untuk sistem muallimin saja, namun juga mengakomodir salafiyyah. Artinya salafiyah pun yang sebagian besar dianut oleh pesantren NU mendapatkan hal yg sama. Kiai Syukri merintis ukhuwah dan persatuan pesantren salaf-modern dalam satu bingkai perjuangan muadalah.
Sekarang, Gontor-Tremas bagaikan dua sisi mata uang dalam konteks perjuangan muadalah hingga terbitnya PMA itu.
Bondowoso, 10 Sept 2017
@ARM



Disalin dari postingan Nurul Hadie Ikh El-kebumeny
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1406533619466942/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar