Minggu, 10 September 2017

FANNY HABIBIE & DEWI GONTOR PUTRI

Seorang perempuan diplomat muda yang sedang magang di KBRI Belanda di tahun 2007, mengetuk pintu kamar Dubes Fanny Habibie (adik mantan Presiden BJ. Habibie), lalu masuk dan meminta izin untuk berbicara. Perempuan berjilbab itu melakukannya tanpa melalui sekretaris Pak Dubes. Meskipun tidak senang, Fanny Habibie mempersilakannya duduk di hadapannya, lalu bertanya, “Ada apa?”
Dia menjawab, “Pak Dubes telah mendapat limpahan rezeki Allah SWT dan keluarga yang bahagia. Bapak juga diberikan pangkat, derajat, serta harta yang berkecukupan oleh Allah SWT. Tapi Bapak mempunyai utang kepada Allah SWT.”
Fanny Habibie terperangah mendengar ucapan itu, lalu kembali bertanya, “Apa maksudmu?”
“Bapak punya utang tiga menit untuk shalat subuh, tiga menit untuk shalat dzuhur, tiga menit untuk shalat asar, tiga menit untuk shalat magrib, dan tiga menit untuk shalat isya. Hanya 15 menit dalam satu hari, Pak Dubes, yaitu shalat,” kata diplomat muda berjilbab yang bernama Elisabeth Dewi.
Pak Dubes entah mengapa, setelah perempuan itu keluar kamarnya, memanggil pengawal Kapten Usman, yang disuruhnya mencari arah kiblat. Kapten Usman agak terguncang dan bertanya, “Ada apa, Pak Dubes?”
Fanny Habibie sedikit marah melihat sikap pengawal itu, lalu menjawab, “Saya mau ambil wudhu, karena saya mau shalat. Ini kan waktu dzuhur.” Dan shalatlah Fanny. Syukur alhamdulillah, sejak saat itu Fanny kembali secara teratur shalat lima waktu. Pada hari Jumat pagi, di minggu yang sama, datang kembali Dewi ke kamar Pak Dubes dan minta izin berbicara.
“Ada apa lagi?”
"Pak Dubes, saya senang Pak Dubes sudah teratur shalat, karena saya melihat setiap hari Pak Dubes dengan teratur shalat dzuhur di kantor."
Dari mana kamu tahu?”
"Setiap hari pada waktu shalat dzuhur, dari balik pintu saya melihat Pak Dubes shalat dengan teratur." Kemudian Dewi menambahkan, "Pak Dubes, sabda Rasulullah mengatakan barang siapa tiga kali berturut-turut tidak melaksanakan shalat Jumat secara berjamaah di masjid, maka pintu surga akan tertutup rapat baginya .”
“Sudahlah, cerita apa lagi kamu ini?
"Pak Dubes, ini hari Jumat," jawab Dewi."
Siang harinya Fanny memanggil pengawal dan memerintahkan agar menyiapkan kendaraan. Fanny ambil wudhu dan berangkat ke masjid. Setibanya di masjid, masyarakat kaget melihat Duta Besar Republik Indonesia datang ke masjid untuk shalat Jumat. Padahal sudah satu tahun lebih di Negeri Belanda, Fanny belum pernah satu kali pun shalat Jumat di masjid.
Pulang dari masjid, Fanny panggil Dewi ke ruangan kerja.
"Dewi, nama kamu kenapa memakai Elisabeth?
"Saya dibesarkan sampai umur 12 tahun dengan agama lain, tetapi atas kehendak sendiri saya masuk ke Pondok Gontor, walau belum bisa membaca Quran. Alhamdulillah, Pak Dubes, saya bisa menyelesaikan pendidikan di Gontor dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S-1 di Malaysia.”
“Mulai hari ini saya ubah namamu menjadi Gontor.” Yaah, Dewi Gontor. Banyak perempuan bernama Dewi, tapi cuma satu Dewi yang telah menyadarkan Fanny Habibie untuk shalat, yaitu Dewi Gontor. Terima kasih Gontor.
Sejak saat itu Fanny Habibie selalu berusaha pergi ke masjid untuk shalat Jumat dan di rumah atau di kantor shalat sambil duduk di bangku.
Mieke, istri Fanny Habibie, yang saat itu berada di Jakarta mendengar dari orang-orang bahwa suaminya sudah mulai shalat. Mieke berkata, “Kita semua tidak berhasil menyadarkan Fanny untuk melaksanakan shalat, sekalipun saya istrinya. Bahkan, Jenderal A.H. Nasution tidak berhasil menggerakkan Fanny untuk shalat. “Mieke yang saat itu sedang sakit menambahkan, “Saya sekarang bahagia”.
Fanny berkata, “Hingga kini hubungan saya dengan Dewi Gontor masih dekat, walau dia sudah lama kembali ke Indonesia. Gontor yang sudah saya anggap seperti anak sendiri sering mengirim SMS, yang isinya mengingatkan untuk tidak lupa melaksanakan shalat lima waktu. Saya betul-betul bersyukur kepada Allah SWT telah mempertemukan saya dengan Gontor.
Demikianlah kisah hidayah di akhir tahun 2007.
—————
Kisah nyata ini saya kutip dari buku “Napak tilas ke Belanda”, karya Rosihan Anwar, wartawan terkemuka Indonesia, 2010, hlm. 74-77. Rosihan mengutip kisah ini dari buku biografi Fanny Habibie "Perjalanan Putera Labukang Parepare menuju Koninklijke Huis van Oranje Paleis Noordeinde, 2009.
Elisabeth Diana Dewi adalah alumni Gontor Putri, diplomat karir di Kementerian Luar Negeri, menikah dengan Dr. Henri Shalahudin (alumni Gontor 95).


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1402794726507498/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar