Senin, 11 September 2017

CUCU KEBANGGAAN SANG KAKEK

Jazakallah seluruh wali santri yg res pon tulisan kami sang penjual pisang goreng bangga anaknya jadi sarjana. Untuk kali ini, saya kisahkan bagaimana kisah kakek yang berjuang secara spritual demi cucunya lulus di Gontor. Ya kakek ini sederhana sekali, tidak bermobil, sel alu tidur beralas kasur tipis di bapenta. Pernah belajar di ponpes salaf mranggen Jawa Tengah. 
Kata beliau masuk Gontor butuh perjuangan lahir batin. Inilah lakon spritual yg ia lakukan agar cucunya lulus di Gontor. 
1. Selama menemani cucunya ia puasa,dan tidak ketinggalan salat berjamaah. 
2. Malam tgl 11 syawwal ( besok ujian tulis). Jam 00.00-03.0 dia tidak tidur, membacakan fatehah utk para pendiri Gontor. Menjelang subuh dengan posisi tertidur sambil duduk dia bermimpi bertemu KH. imam zar kasyi sambil dikalungi sorban almar hum. ( Dia yakin besok cucunya bisa jawab soal soal ujian)
3. Malam tgl 15 syawwal ( besok pengumuman), sang kakek ini juga berdzikir semalam suntuk. Di tengah tidur duduk sambil berdzikir dia disalami temannya bernama almarhum bpk JAYADI . Jayadi berasal dari kata JAYYIDUN ( baik). Sang kakek yakin cucunya pasti, pasti, pasti diterima LULUS di Gontor
Benar benar keajaiban, sambil meme gang kartu ujian cucunya... Alhamdulillah cucunya di terima di Gontor 1, sementara teman sekampungnya di Gontor 5.
Bagi sang kakek ini, Bapenta Gontor adalah rumah keduanya. Dua bulan sekali selalu jenguk cucunya.
Pelajaran spritual yg saya dapat : mari selalu bacakan fatehah utk pendiri Gontor, utk bpk pimpinan, utk Guru guru Gontor dan anak cucu Kita
Inilah Gontor, semua terlibat lakon spritual demi anak cucu. 
Anda setuju silahkan, gak setuju gak apa apa. 
(dialog bersama wali santri x dari demak Jawa Tengah) 
Selamat pagi semua semoga menginspirasi. 
Yahya Aziz, wali santri Gontor 1 dan ponpes putri almahrusiyah.



Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1394952227291748/

BIAR SANTRIKU YANG JADI MENTERI

Oleh : Yahya Aziz 
Almarhum KH.Saifurrohman Nawawi alumni Gontor 1984, pernah mengaj ar kami 25 tahun yang lalu. Guru yang satu ini menjadi idola bagi anak anak, sebelum pelajaran selesai selalu memberi kisah motivasi : Anak anakku tahukah Anda almarhum KH. Imam Zarkasyi pernah ditawari jadi menteri ?. Dia menolaknya karena ingin fokus memikirkan pondoknya. Doa beliau : SAYA IKHLAS TIDAK JADI MENTERI, BIAR SANTRI SANTRIKU YANG JADI MENTERI. Mari kita pikirkan : siapa sih yang tidak mau jadi menteri ?. Gaji ada, fasilitas ada, rumah megah mobil mewah... Hampiri semua orang tergiur urusan duniawi. 
Semua anak anak di kelas terharu dan semua santri berfikir : begitu mulianya Pak Zar, betul betul dedikasinya untuk memajukan pondok baik waktu, tenaga dan pikirannya. 
ITULAH MAGNET KEIKHLASAN yang luar biasa. Dari doa beliau, munculla h alumni alumni yg bermanfaat untuk bangsa dan agama. Dari tangan dingin beliau lahirlah tokoh tokoh Indonesia : 1. Dr. Idham Kholid ketua MPR, 2. KH. Hasyim Muzadi ketua PBNU, 3. Din Syamsudin ketua Muhammadiyah, 4. Cak Nur cendikiawan muslim ,5. Cak Nun budayawan, 6. Maftuh Basyuni mantan MENAG era sby dan yang sekarang AR Fakhir Wamenlu dan Luqman Hakim S. Menteri Agama sekarang serta Hidayat Nur Wahid ketua PKS. 
Itulah doa yang ihlas almarhum KH imam zarkasyi, melahirkan santri santri beliau yg bermanfaat untuk ummat. Hampir semua alumni bermanfaat utk umat. 
Ribuan yang jadi Kyai pengusaha bahkan Dosen di seluruh UIN, Guru dll... Ini semua berkah doa beluau. Sampai jumpa besok akan saya tulis ORANG BESAR MENURUT GONTOR. 



Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1395871700533134/

Minggu, 10 September 2017

ORANG BINGUNG MENGURUSI PENDIDIKAN

Tahun 1970 an, almarhum KH. Imam Zarkasyi didatangi 2 utusan negara pondok Gontor mau disumbang ratusan juta dengan syarat kurikulum Gontor ikut negara ( Depag / Diknas). 
Pak Zar menolak bantuan tersebut dan mengatakan kedua utusan negara tersebut : MENGAPA HARUS MENGIKUTI ORANG BINGUNG ?
Kedua utusan negara tersebut malu, wajahnya merah dan langsung pergi. Apa yang diungkapkan Pak Zar sekarang jadi kenyataan. Arah pendidikan Indonesia tidak jelas. 
1. Ganti menteri ganti kurikulum. 
2. Pendidikan palsu : jual beli soal, jual beli jabatan kepala sekolah dan soal bocor. 
3. Semua Guru bingung mengajar, siswa harus naik kelas semua. Walaupun kena narkoba dan gak pernah masuk kelas. 
4. Guru banyak demo, orentasinya duit. Otaknya tunjangan sertifikasi... Sehingga mengajar bukan dari hati. 
5. Hilangnya ruh pendidikan. Tes masuk pakai suap menyuap. 
6. Istilah sekolah internasional membohongi masyarakat padahal standarnya local. 
Sampai sekarang pemerintah bingung bgmana konsep pendidikan yang bagus utk diterapkan peserta didik. Masalah K 13 belum selesai, muncul masalah FDS yg sampai sekarang jadi perdebatan. 
Beruntunglah kita wahai para wali santri, anak anak kita mau belajar di Gontor. Lembaga pendidikan yang no akriditasi, no kurikulum 13....jauh di pelosok desa namun terkenal di seluruh dunia. 
Selamat pagi, semoga menginpirasi. 
Kediri, 24/8/017
Y A 
Alumni, wali santri Gontor 1 dan Lirboyo


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1390604081059896/

PARA KYAI, WASPADALAH, WASPADALAH!

Dr. KH. Abdullah syukri Zarkasyi, MA*
Inspirasi terbesar yang diwariskan pesantren ke dalam diri setiap penghuninya adalah dinamikanya yang tidak pernah mati. Datanglah jam berapapun, ada geliat aktifitas merancang perubahan di dalamnya. Dua puluh empat jam sehari sungguh tidak cukup untuk mewadahi cita-cita perubahan yang dikibarkan pesantren. Penghuni pesantren telah terpola untuk mempunyai etos kerja, etos keilmuan dan integritas moral melampaui ruang dan waktu.
Tidak perlu ada upaya mobilisasi, begitu terdengar lonceng berdentang enam kali, seluruh santri kelas enam berkumpul. Tidak perlu ada pengawas, selama target kerja kepanitiaan belum tercapai, semua penanggungjawab berjibaku rawe-rawe rantas tak peduli jam berapa. Semua dinamika berlangsung gegap gempita seiyeg saeko kapti tanpa iming-iming honor atau penghargaan lain. Satu-satunya penghargaan adalah kesuksesan tugas.
Untuk sekedar tidur sejenak, pesantren tidak punya waktu. Mari kita telusuri sudut-sudutnya di larut malam saat sebagian besar makhluk telah lelap. Jam 22.00 ketika manusia biasa mulai gosok gigi, mencuci kaki dan berangkat ke peraduan, lihatlah manusia luar biasa; remaja belia mungil-mungil itu berangkat membawa tongkat, tali dan peralatan Pramuka. Kita menutup hari, mereka membuka kesibukan merangkai tongkat-tongkat, mempersiapkan arena latihan Pramuka esok hari.
Di sudut lain, sekelompok remaja belasan tahun sibuk memainkan kuas di atas kertas-kertas semen untuk dekorasi panggung pementasan seni. Sekelompok lainnya menyusun potongan-potongan bambu untuk taman di sudut pesantren. Jam 24.00 ketika kelompok-kelompok tadi mulai kembali ke asrama, beberapa petugas keamanan berpatroli keliling pesantren menghampiri para santri penjaga malam di lebih dari 25 titik penjagaan.
Jam 02.00 ketika seharusnya tempat di mana pun di negeri ini mencapai titik senyapnya, berpuluh, beratus anak kecil bangun terhuyung melawan rasa kantuk untuk mempersiapkan ulangan besok pagi. Dan jam 03.00 semakin banyak santri yang bangun. Lalu menjelang Subuh, tidak ada lagi mata yang boleh tidur. Jam itu, tidur masih diperbolehkan hanya dalam deretan antrian berwudhu. Sambil bersandar di tembok atau jongkok di bawah jemuran adalah sekelumit waktu bagi para santri mencuri jam untuk terpejam. Seperempat jam sebelum adzan Subuh, semua mata harus segar dan segera memulai hari itu dengan seluruh rutinitas.
Lembaga pendidikan mana yang mampu menandingi dinamika ini? Sekolah mana yang muridnya mampu menyelenggarakan Drama Arena dan Panggung Gembira dengan biaya, variasi pementasan, dekorasi, kreatifitas dan terutama kemandirian selevel yang terjadi di pesantren? OSIS sekolah mana yang pengurusnya mampu menggerakkan ribuan santri dengan perputaran keuangan ratusan juta rupiah? Energi apa yang membuat uang ratusan juta itu tidak dikorupsi ke kantong-kantong pribadi? Apa yang membuat mereka bisa? Dinamika kehidupan yang tidak pernah berhenti berputar telah mencetak mereka menjadi serupa dengan ribuan, jutaan semut yang sanggup mengangkat beban puluhan, ratusan kali lipat dari berat tubuhnya. Jutaan semut santri itu bergerak, beraktifitas, berperan dalam dinamika kolektif yang padu.
Dinamika itu pula yang perlahan namun pasti menyulap pesantren di tengah hutan desa itu menjadi istana tersembunyi yang tidak berhenti memperbesar diri. Kalau anda tidak sempat berkunjung dalam kurun satu tahun, pasti dikejutkan oleh kemunculan gedung-gedung baru. Sungguh seperti terbit dari bumi. Kalau kunjungan terakhir Anda adalah dua tahun yang lalu, Anda dikejutkan oleh dua atau tiga sepeda motor baru yang parkir di hampir setiap rumah guru kader. Kalau terakhir Anda datang tiga tahun yang lalu, sepeda motor itu tinggal satu saja, sebagai gantinya, sebuah mobil parkir di garasi. Kesejahteraan materi begitu murah di pesantren. Kesejahteraan materi itu adalah buah dari kegigihan dan berkah dari kolektifitas yang dikembangkan.
Tetapi inilah justru titik rawannya: kesejahteraan materi.
Dinamika kehidupan pesantren berputar begitu deras di atas pondasi ketulusan, sama sekali jauh dari kepentingan duniawi. Ketulusan itu membuat haru kerajaan malaikat dan mereka tergerak untuk turun melipatgandakan energi para santri. Terwujudlah keajaiban itu: satu santri bernilai seribu orang. Sehingga empat ribu santri berkarya setara dengan prestasi empat juta pekerja. Percepatan ini adalah energi ketulusan. Dinamika ini adalah derap kaki tentara Tuhan yang tidak terlihat, ’junuud lan tarauhaa!’ Tetapi kesejahteraan materi adalah perangkap.
Kesejahteraan materi adalah jebakan. Kemapanan adalah ancaman.
Pesantren kecil dibesarkan oleh dinamika perjuangan dan demonstrasi ketulusan. Sekarang pesantren besar tengah menghadapi bahaya besar: degradasi ketulusan. Dulu para kader tidak berebut harta karena saat pesantren masih kecil, harta yang ada tidak cukup menggiurkan. Sekarang semua potensi untuk sejahtera dimiliki pesantren. Inilah kerawanan itu: semua kader rawan tergelincir ke dalam kubangan motivasi dan spirit duniawi. Bila ini terjadi, pesantren yang sudah besar bukan mustahil menjadi bangkai banteng gemuk yang diperebutkan Heina, Harimau dan burung-burung... Bila ini terjadi, tentara Tuhan yang tak terlihat itu akan minggat, tinggallah empat ribu penghuni pesantren setara dengan empat puluh pekerja berkualitas ala kadarnya.
Fakta sejarah menegaskan keruntuhan pesantren bukan akibat konfrontasi dengan dunia luar melainkan kegagalan menjaga kemenangan atas diri sendiri. Para Kyai, waspadalah, waspadalah!
*Pengasuh dan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
اللهم اشفه شفاء عاجلا، أنت الشافي لا شفاء إلا شفاءك شفاء لا يغادر منه سقما ولا ألما، آمين .


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1399084816878489/

DATANGNYA DUKA, AKU SAMBUT DUHA (energi surat duha 3 dan 11)

Oleh : Yahya Aziz
ما و دعك ربك و ما قلي
واما بنعمته ربك فحد ث
Ayat 3 : Tidaklah Tuhanmu meningga lkanmu, dan tidak pula benci kepadamu. 
Ayat 11: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu tunjukkan. 
Jangan ke Gontor ya nak ? Ke Tamb ak beras jombang aja, Gontor itu jauh, kuatlah kamu? Disiplinnya keras sekali. Sang anak bilang : aku harus ke Gontor, kalau gak... Tidak usah sekolah aja. Demikian curhat seorang bunda di tahun 2015.
Memang cerdas anak ini daftar di akhir setelah ujian tulis pulang, ketika pengumuman datang... Alhamdulillah diterima Gontor pusat. Setelah masuk asrama, mau pulang sang ibu menangis. Sampai di rumah rasanya ingin memeluknya. 
Hampir setahun duduk kelas satu tiap hari anak ini telpon 3-4 kali. 
Ibu aku habis dihukum, ibu baju hilang, ibu sakit. Sang ibu iba... Hampir 2 minggu ke bapenta... Betap a hancur hati ibu ini.. Anak gatal, hitam, kurus seperti pensil. 
Inilah berita dukanya, tapi ibu ini tegar menghadapinya dan menyambut dengan duha. Tuhanmu tidaklah meninggalkan kamu, dan tidak pula benci kepadamu. 
Ibu aku punya teman lama gak dijenguk, bolehkah saya ajak makan bersama? Ya... Nak ajak ikut makan bersama. Dan terhadap nikmat Tuha nmu, hendaklah kamu tunjukkan. 
Hal ini dijalani hampir 2 minggu sekali selama 1 tahun. Alhamdulillah tahun depannya naik kelas 2 B. 
ibu...sudah ya jangan sering2 jenguk..... Ya nak.. Tapi ibu yang rindu. 
Pelajaran hidup dari kisah ini :
1. Ujian wali santri adalah di saat anak kelas satu, masa adaptasi. 
2. Bertambah masalah anak kita di pondok, yakinlah Allah gak benci tapi sayang thd kita. 
3. Mari ketika anak anak sekolah di pagi hari di pondok, kita sambut duha di rumah. Sabda nabi :
"Wahai keturunan Adam, jangan sekali kali malas mengerjakan 4 rakaat di awal siang (duha), Aku mencukupi kebutuhan mu di sore hari. ( HR. TABRANI) 
Mari kita kawal anak anak kita dengan duha. Sgla persoalan anak anak kita di pondok selesai.




Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1399778503475787/

KISAH WALI SANTRI (1)

Saat mujahidku Kls 5 SD kami sekeluarga nonton film 5 Menara di bioskop..
Saat nonton reaksi anak biasa aja, tpi.. Rupanya isi dlm film tersebut melekat kuat dlm memory anak kami..
Saat naik kls 6, tiba2 dia bilng nti klo sudh lulus SD pingin masuk Gontor..
Reaksi kami seisi rmh heran, panik..
Bukan panik krn senang,, tpi bingung..
Krn di saat anak kami lulus SD dia bru berumur 9 thn, msih sangat kecil bagi kami utk tinggal jauh dr org tua..
Apalagi kakeknya.. Sangat2 tdk setuju klo anak kami masuk gontor
Segala daya dan upaya, di lakukan kakeknya spy dia tdk jdi masuk Gontor..
"Nanti di pondok tidur cuma di lantai pake kasur tipis.., tdk ada AC.., dlm kmr byk org nya.., apalagi mkanannya apa adanya.., dan kamu hrs nyuci sendiri lho.."
Semua udah takut2in bgitu sm kakeknya, spy batal niatnya masuk gontor..
Eeee.. Anakku cuman jawab gampang itu kek... Semua bisa di atur klo sudh di gontor..
Waktu berlalu... Sampai pd tgl 14 januari 2014 saat kota manado yg ku cintai di landa banjir bandang 😭
Kami sekeluarga dgn sodara2, tetangga2 berkumpul di tempat pengungsian..
Di situ sepupu sy dgn suaminya nangis seperti org kemasukan..
Ternyata anaknya yg di gontor 6 lagi skit 😢
Sudh di tlp sm ustad, suru org tua nya cpt k pondok krn anaknya hrs cpt di bw k RS saat itu juga..
Tapi gimana mereka mau bandara, semua akses k bandara lumpuh total.. Ya Allah kami semua di situ ikut sedih..
Sy bilang k anak sy.. Itu nak, klo mau skolah yg dekat2 aja, spy klo ada apa2 gampang ngurusnya..
Dan Allah Maha berkehendak.. Anaknya sepupu sy yg di G6 beberapa hr kemudian meninggal dunia 😭
Dengan kejadian itu.. Anak sy jdi lupa niatnya utk masuk gontor..
Skolah lah dia di SMP Negeri, tpi pas kls 3.. Niatnya utk masuk gontor, kambuh lagi..
Kebingungan lagi kami seisi rmh 😊
Sampai pada hr sabtu tgl 14 november 2015, saat kakeknya skit msuk RS.. Hr itu di besuk sm tetangga kami, ustad Abdurahman Mahrus alumni gontor dan semua anaknya juga di gontor..
Kakeknya bilng k ustad.. Ustad sy nitip zufar ya..
Tolong bantu di liat2 nti..
Sy langsung nanya.. Lho pak memangnya zufar mau k mana ??
"Niat anak mu sudh bulat mau masuk gontor.. Bismillah saja, di ikhlaskan saja.. Kata kakeknya
Besoknya hari minggu tgl 15 November 2015... Kakeknya Meninggal dunia 😢😢
Rupanya kakeknya sudh punya firasat, jdi sebelum beliau meninggal dunia.. Dia sudh mengikhlaskan cucu tersayang, teman tidurnya, teman curhatnya Masuk gontor 😢😢
Akhirnya abis lebaran thn 2016,, dengan semangat 45, Mujahidku ikut tes di antar sm ayahnya..
Dan Alhamdulillah dia lulus di Gontor 1 😍
Kemarin bln Ramadhan dpt kbr dr wali kls, mujahidku naik kls 3 intensif tpi pindah k Gontor 6 Magelang..
Kata ayahnya mujahid kami sempat kaget, krn situasi dan kondisi di G6 beda dgn di G1...
Dia suka ngeluh.. Sunyi lah, apalah..
Akhirnya setelah seminggu lebih di sana.. ayahnya pulng k manado, sudh cukup dan sudh selesai semua urusan anak di pondok bru..
Tapi perasaan kami tdk karuan di rmh, takut dia tdk betah di pondok baru
Alhamdulillah kemarin sore mujahid kami tlp..
Mengabarkan klo alerginya sudh sembuh..
Mengabarkan brg2 nya yg hilang dan mau di beli lagi..
Dan yg paling membuat hati kami senang.. Dia minta di beliin spt bola 😍krn mau main bola kaki dgn teman2 nya, berarti tanda nya mujahid kami sudah bisa beradabtasi di pondok baru dan merasa asyikk di gontor 6 😘
Alhamdulillah ya Allah,, Mujahid kami sudh semangat lagi skrg 💪









Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1399016096885361/

😇



RITME GERAKAN SANTRI GONTOR

Oleh : Yahya Aziz 
المهد لا ينا م ابدا 
( pondok tidak pernah tidur )
Masyarakat Jepang terkenal dengan cepat berjalan, jika Anda pingin tahu jalannya orang gak santai, tapi cepat bahkan lari, itulah Santri Gontor. 
Itu contoh kecil gerakan pendidikan di Gontor. Teladan Kyailah yg membakar semangat santri utk cepat berdisiplin tinggi. Disiplin masuk kelas, olah raga, pramuka, kepanitiaan,makan,belajar, Dan disiplin lainnya. 
Semua instansi dan lembaga pendidikan ketika hari libur mati seperti kuburan. Tapi tidak bagi Gontor. Liburan pertengahan tahun klas 1-5 pulang, kelas 6 ujian. Liburan akhir tahun kls 1-4 pulang, kls 5/6 di pondok sampai hari raya idul fitri. Dengan kegiatan yudisium kls 6 dan 5, rihlah iqtishodiyah, sidang kenaikan kelas, pembentukan panitia romadon, musyawaroh kerja sampai pembentukan panitia bulan syawwal. Penerimaan santri baru, ujian lisan, ujian tulis sampai pengumuman santri baru. 
Semua dipantau oleh bapak pimpinan 24 Jam tiap hari. 
Itulah pendidikan, tidak cukup dng kata kata, tapi penugasan penugasan penuh tanggung jawab... Begitulah kata KH. ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI, MA. 
jng heran ritme pendidikan yg begitu padat anak akhirnya lupa rumah. Dampaknya ketika kls 3-6 anak enggan dijenguk... Ada yg gemuk badannya ada yg kurus hitam seperti pensil.
Jika ritme kegiatan santri begitu padat melelahkan, maka kita sebagai orang tua ritme gerakan spiritual lebih ditingkatkan. BEKERJA KERAS... BEKERJA CERDAS... BEKERJA IKHLAS 
Fisik boleh lelah.. Tapi hati tetap Lillah... 
Selamat pagi, Semoga mengispirasi


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1400551946731776/

DIET ALAMI DI GONTOR

( Badan Kurus Langsing Seperti Pensil Yang Penting Sehat) 
Kalau Anda badan gemuk pingin langsing... JADILAH SANTRI GONTOR. 
Ya hampir 99% wali santri mengatakan seperti itu. Dulu di rumah gemuk, begitu 3 bulan jadi santri Gontor... Badannya susut.. Kurus.. Hitam... Lancip seperti pensi
....YG penting sehat. 
Itulah pendidikan di Gontor, dulu di rumah segalanya tersedia mulai makanan, fasilitas teknologi sehingga anak santai, enjoy senang terus semuanya ada yang ngurus. 
Tapi di Gontor semuanya dilakukan mandiri oleh santri. Ngurus sendiri semuanya, belum lagi kena mahkamah ( hukuman krn melanggar), sehingga gak sempat makan. Inilah PENDIDIKAN. 
Mengapa santri Gontor badannya kurus langsing seperti pensil? 
1. 24 jam pendidikan, mulai jam 03.30-22.00...praktis santri Gontor istirahatnya 6 jam. 
2. Tidak ada rumus tidur siang di Gontor. 
3. Menu cukup gizi hanya bayar makan 3x cuma 300 ribu. Di luar Gontor gak ada. Menu sederhana. 
4. Berapa piring nasi habis santri Gontor tetap langsing krn padatnya kegiatan. 
5. Belum lagi santri yg asrama nya lantai 3...hampir sehari 25 x turun tangga setiap harinya. Utk mandi,ke dapur, ke sekolah,ke masjid dll 
30 tahun yang lalu awal jadi santri, almarhumah ibu saya sempat netes air mata krn kurus sekali, sakit sakitan... Ya itulah masa adaptasi . Hal ini sekarang mungkin dialami semua wali santri... Tapi sabar dan tawakkallah itu semuanya pendidikan bagi anak. BELAJAR MANDIRI DAN MENGHARGAI WAKTU. 
Hanya setrum doa ayah ibunya di rumah... Walaupun kurus seperti badan seperti pensil tapi sehat. alfatihah.


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1386957351424569/

"SYAHID HIDUP" DIBUMI GONTOR

Oleh : yahya aziz 
Sabda Nabi saw : Barang siapa yang ingin melihat orang mati syahid tapi masih hidup dan berjalan di bumi, maka lihatlah Thalhah Bin Ubaidilah"
Ya itulah sahabat,yang melindungi nabi dari gempuran anak panah pada perang uhud ada sekitar 70 anak panah yang menancap di tubuh nya. Kisah di atas dalam pengertian secara luas untuk menjadi syahid tidak harus mati dalam perang. 
Menjadi wali santri adalah syahid aksi perjuangan demi anak tercinta. Kami menyaksikan sendiri wali santri dari Makasar anaknya di Gontor 1 kls 6. Yg di Gontor 6 magelang kls 3, yg di Gontor 5 Banyuwangi kls 1.
Berapa persiapan uang sakunya ? Beliau jawab : 20 juta, Subhanallah...
Biaya hidup utk jenguk anak di ponorogo, magelang -banyuwangi. 
Anda wali santri yg single parents, penjual pisang goreng, martabak telor, buruh dan penjual bakso keliling... Semuanya adalah WALI SA NTRI SYAHID HIDUP di bumi Gontor 
Bagaimana bpk yg satpam dan ibu tukang buruh cuci bisa memondokk an anak di Gontor 1 ponorogo ? 
Beliau jawab : kami kumpulkan sedikit sedikit rizki selama 4 bulan. Jarak tempuh rumah dan Gontor 200 km.... Demi irit saku kami naik sepeda motor. Jadi jenguk anak setahun dua kali. 
Tiada terasa Air mata kami tumpah di bumi, begitu besar perjuangan bpk satpam dan ibu yg berprofesi tukang buruh cuci ini. 
Kini beliau tersenyum bangga : putranya menjadi seorang Kyai di kampungnya. 
DARI IBU TUKANG CUCI, ANAKNYA JADI KYAI... DARI IBU SOLIHAH LAHIRLAH ANAK SOLIH. 
SYAHID TIDAK HARUS MATI DI MEDAN PERANG... SYAHID ADALAH SEBUAH SAKSI PERJUANGAN. 
Semua Wali santri Gontor adalah syahid yg berjalan di atas bumi. 
Ya Allah berilah kemudahan rizqi demi anandaku... doa ibu di keheningan malam selalu menyertaimu anak ku. 
Tanpa terasa nulis netes air mataku.... Edisi rindu mujahidku. 
Selamat pagi, Semoga terinspirasi... Maaf hanya ilmu Sederhana... Tulisannya gak ilmiah...... Alfatihah


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1402214909898813/

KE GONTOR APA YG KAU CARI? (1)

Mondok itu tidak enak. Pesantren itu ndeso, udik, kampungan - hanya menjauhkan diri dari gegap gempita kemajuan dan hidup yg seharusnya semakin mapan. Jangan pernah mbayangin sop buntut, untuk bisa makan ikan asin saja kalian harus ngantri dan berebut. Bangun sebelum subuh, lagi enak2nya mimpi sama gebetan udah dibangunin mudabir dengan teriakan. Santri diajari lebih bersabar. Mandi ngantri, makan nganti, habis sholat ngaji. Salah dihukum, melanggar dibotak, terlambat ditindak. Santri dituntut punya disiplin tinggi. Tapi apa enaknya coba? Mending di rumah. Makan serba ada, bisa main PS lima.
Mondok itu tidak penting. Masa membaca kitab suci saja harus menelusuri asbabun nuzul atau asbabun wurud-nya. Santri harus tau asal muasal turunnya wahyu. Memahami fiqih harus paham teks aslinya. Gak efektif banget kan? Harusnya tinggal googling, copy paste dan viralkan. Beres!
Mondok itu tidak kekinian. Sudah tau berada di jaman yg serba cepat dan serba instan, santri malah disodori ilmu yg njlimetnya Masya Allah. Belajar nahwu sorof untuk bisa memahami teks, lengkap dengan kaidah2nya secara benar. Belum lagi menghafal Alfiyah yg banyaknya na’udzubillah. Kitab2 babon kayak Akhlaqul Banin, Ta’limul Muta’allim, Risalah Mu’awanah hingga Minhajul Abidin. Kenapa gak buka Google atau Wikipedia aja sih? Jadi orang kok ribet banget.
Mondok itu tidak efektif. Coba bayangkan, untuk satu perbedaan saja santri rela mengadakan bahtsul masail. Apa hukumnya menjadi follower Jonru? Halal apa haram misuhi Fahri Hamzah? Hingga persolan khalifah, semua dibawa di sebuah forum di mana pihak yg berbeda pendapat terhadap satu masalah agama atau amaliyah bebas berdebat dan berdiskusi dengan membawa sumber primer dan dasar yg jelas. Santri diajari besikap terbuka dan runut dalam mengungkapkan pendapat. Tidak ngawur dan asal njeplak. Demokratis banget ya? Iya, tapi gak lucu. Pesantren kok demokratis? Pesantren kan patron - apa kata Kyai? Dan asal tau saja, sekarang ini yg penting akselerasi bung! Cukup baca Quran terjemahan, hafal satu dua ayat, kostum se-syar'i mungkin, lalu berani ndalil ndakik2. Kalo kalah debat karena gak punya dasar keilmuan yg pantas atau baca kitabnya yg belum tuntas, cukup macak budeg macak picek. Kafirkan yg gak sejalan. Yg penting bisa teriak "Allahu Akbar". Gampang kan?
Mondok itu tidak nasionalis. Pesantren punya peran penting untuk perjuangan kemerdekaan republik ini. Secara historis pesantren adalah lembaga pendidikan paling awal di negara ini, dan secara sosial pesantren pernah mempelopori berbagai perubahan di masyarakat. Halah mbel, gak usah percoyo! Kalaupun benar, itu kan masa lalu. Di pondok juga diwajibkan bisa berbahasa Arab dan Inggris secara aktif. Kenapa gak bahasa Indonesia? Ini jelas upaya pelemahan rasa kebangsaan! Jaman sudah berubah dan pesantren tidak lagi relevan dengan tuntutan jaman.
Mondok itu tidak canggih. Kalo bisa mengutip ayat Qur'an dari blog dan web, ngapain harus buka Qur'an, sorokan ke Pak Kyai dan belajar tajwid? Kan sudah ada google translator, untuk apa belajar kitab kuning, arab gundul, utawi iki iku?! Ndeso banget! Buat apa santri dijejali Durusul Lughah, Mahfudhot, Mutholaah Haditzah atau Mantiq? Bikin hidup makin ribet.
Mondok itu tidak..... hmmm, tapi bener juga sih. Sistem pendidikan dan pengajaran seperti itu tidak diberikan di sekolah umum. Juga kenyataan bahwa mereka yg dari pesantren malah punya karakter siap tempur dan keilmuan yg lebih mumpuni. Mereka justru banyak diam dan bersahaja, tak mengkomersialkan ayat2 untuk mencukupi kebutuhan dunianya. Tapi.......
Tapi apa? Takut gak bisa cari rejeki karena gak sekolah negeri?
Ya sudah, gak usah mondok!


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1405061739614130/

FANNY HABIBIE & DEWI GONTOR PUTRI

Seorang perempuan diplomat muda yang sedang magang di KBRI Belanda di tahun 2007, mengetuk pintu kamar Dubes Fanny Habibie (adik mantan Presiden BJ. Habibie), lalu masuk dan meminta izin untuk berbicara. Perempuan berjilbab itu melakukannya tanpa melalui sekretaris Pak Dubes. Meskipun tidak senang, Fanny Habibie mempersilakannya duduk di hadapannya, lalu bertanya, “Ada apa?”
Dia menjawab, “Pak Dubes telah mendapat limpahan rezeki Allah SWT dan keluarga yang bahagia. Bapak juga diberikan pangkat, derajat, serta harta yang berkecukupan oleh Allah SWT. Tapi Bapak mempunyai utang kepada Allah SWT.”
Fanny Habibie terperangah mendengar ucapan itu, lalu kembali bertanya, “Apa maksudmu?”
“Bapak punya utang tiga menit untuk shalat subuh, tiga menit untuk shalat dzuhur, tiga menit untuk shalat asar, tiga menit untuk shalat magrib, dan tiga menit untuk shalat isya. Hanya 15 menit dalam satu hari, Pak Dubes, yaitu shalat,” kata diplomat muda berjilbab yang bernama Elisabeth Dewi.
Pak Dubes entah mengapa, setelah perempuan itu keluar kamarnya, memanggil pengawal Kapten Usman, yang disuruhnya mencari arah kiblat. Kapten Usman agak terguncang dan bertanya, “Ada apa, Pak Dubes?”
Fanny Habibie sedikit marah melihat sikap pengawal itu, lalu menjawab, “Saya mau ambil wudhu, karena saya mau shalat. Ini kan waktu dzuhur.” Dan shalatlah Fanny. Syukur alhamdulillah, sejak saat itu Fanny kembali secara teratur shalat lima waktu. Pada hari Jumat pagi, di minggu yang sama, datang kembali Dewi ke kamar Pak Dubes dan minta izin berbicara.
“Ada apa lagi?”
"Pak Dubes, saya senang Pak Dubes sudah teratur shalat, karena saya melihat setiap hari Pak Dubes dengan teratur shalat dzuhur di kantor."
Dari mana kamu tahu?”
"Setiap hari pada waktu shalat dzuhur, dari balik pintu saya melihat Pak Dubes shalat dengan teratur." Kemudian Dewi menambahkan, "Pak Dubes, sabda Rasulullah mengatakan barang siapa tiga kali berturut-turut tidak melaksanakan shalat Jumat secara berjamaah di masjid, maka pintu surga akan tertutup rapat baginya .”
“Sudahlah, cerita apa lagi kamu ini?
"Pak Dubes, ini hari Jumat," jawab Dewi."
Siang harinya Fanny memanggil pengawal dan memerintahkan agar menyiapkan kendaraan. Fanny ambil wudhu dan berangkat ke masjid. Setibanya di masjid, masyarakat kaget melihat Duta Besar Republik Indonesia datang ke masjid untuk shalat Jumat. Padahal sudah satu tahun lebih di Negeri Belanda, Fanny belum pernah satu kali pun shalat Jumat di masjid.
Pulang dari masjid, Fanny panggil Dewi ke ruangan kerja.
"Dewi, nama kamu kenapa memakai Elisabeth?
"Saya dibesarkan sampai umur 12 tahun dengan agama lain, tetapi atas kehendak sendiri saya masuk ke Pondok Gontor, walau belum bisa membaca Quran. Alhamdulillah, Pak Dubes, saya bisa menyelesaikan pendidikan di Gontor dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S-1 di Malaysia.”
“Mulai hari ini saya ubah namamu menjadi Gontor.” Yaah, Dewi Gontor. Banyak perempuan bernama Dewi, tapi cuma satu Dewi yang telah menyadarkan Fanny Habibie untuk shalat, yaitu Dewi Gontor. Terima kasih Gontor.
Sejak saat itu Fanny Habibie selalu berusaha pergi ke masjid untuk shalat Jumat dan di rumah atau di kantor shalat sambil duduk di bangku.
Mieke, istri Fanny Habibie, yang saat itu berada di Jakarta mendengar dari orang-orang bahwa suaminya sudah mulai shalat. Mieke berkata, “Kita semua tidak berhasil menyadarkan Fanny untuk melaksanakan shalat, sekalipun saya istrinya. Bahkan, Jenderal A.H. Nasution tidak berhasil menggerakkan Fanny untuk shalat. “Mieke yang saat itu sedang sakit menambahkan, “Saya sekarang bahagia”.
Fanny berkata, “Hingga kini hubungan saya dengan Dewi Gontor masih dekat, walau dia sudah lama kembali ke Indonesia. Gontor yang sudah saya anggap seperti anak sendiri sering mengirim SMS, yang isinya mengingatkan untuk tidak lupa melaksanakan shalat lima waktu. Saya betul-betul bersyukur kepada Allah SWT telah mempertemukan saya dengan Gontor.
Demikianlah kisah hidayah di akhir tahun 2007.
—————
Kisah nyata ini saya kutip dari buku “Napak tilas ke Belanda”, karya Rosihan Anwar, wartawan terkemuka Indonesia, 2010, hlm. 74-77. Rosihan mengutip kisah ini dari buku biografi Fanny Habibie "Perjalanan Putera Labukang Parepare menuju Koninklijke Huis van Oranje Paleis Noordeinde, 2009.
Elisabeth Diana Dewi adalah alumni Gontor Putri, diplomat karir di Kementerian Luar Negeri, menikah dengan Dr. Henri Shalahudin (alumni Gontor 95).


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1402794726507498/

SARJANA IKUT TES MASUK GONTOR

Mungkin di dunia ini hanya di Gontor ada seorang sarjana lulusan perguruan tinggi ikut tes masuk KMI gontor ( sederajat SMP SMA ).
Almarhum KH. Hadi Martoyo, BA alumni Gontor 1986 pengasuh pendok pesantren BABUSSALAM Dolopo Madiun ini adalah buktinya. 
Kenangan sama beliau 1991/1992 kami dapat ilmu kehidupan. 
Ya masuk Gontor memang sulit walau sudah sarjana setelah lulus masuk bersama kelas bersama anak anak lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA. 
Beliau badannya besar tegap seperti petinju mike tayson dan berjenggot. Beliau masuk kelas program experimen ( sekarang intensif) 4 tahun dan di kelas 5 dan 6 dipercaya oleh bpk pimpinan menjadi QISMUT TAKLIM ( bagian pengajaran). 
Memang dulu santri Gontor yang kecil kecil yang besar besar mereka lulusan SMA atau sarjana. Bahkan ada sarjana lulusan UGM jogja pernah nyantri beberapa tahun di Gontor. 
Pak Hadi martoyo ketika kelas 5 pernah dipanggil almarhum Pak Zar 
Wahai Hadi martoyo kau masuk Gontor sudah bergelar BA, kau masuk Gontor sudah lulus sarjana. Apa cita citamu setelah lulus dari Gontor ? Jawabnya singkat :
JADI GURU NGAJI di kampung desaku. Pak zar bilang : aku ridoi cita citamu. 
Beruntunglah wahai para wali santri anak anda di Gontor, karena banyak lulusan sarjana yang pernah mondok disini. 
Pelajaran hidup dari kisah ini APAPUN PROFESI KITA JANGAN LUPA MENJADI GURU NGAJI DI RUMAH. 
Selamat pagi, semoga terinspirasi.


Tulisan ini disalin dari tulisan di group FB Gontor News
https://www.facebook.com/groups/GontorNews/permalink/1403157376471233/

SURAT UNTUK ANAKKU

Sengaja Ayah bikin tulisan ini secepatnya. Tulisan yg justru tak segera bisa kamu baca. Sebuah surat tanpa perantara dan space sekian mega. Anggap saja semacam permintaan maaf dan pengakuan orang tua yg sangat menyayangi anaknya.
Kelak jika kau bertanya kenapa Ayah menulis surat? Ketauhuilah bahwa kamu lahir ketika senjakala profesi tukang pos baru saja dimulai waktu itu. Teknologi pesan pendek adalah penyambung cerita asmara Ayah dan Ibumu. Kamu adalah buah kecelakaan hidup kekinian - teknologi bernama telepon genggam. Ayah Siemen, Ibumu Nokia. Kami dicomblangi operator provider hingga bisa berjumpa dengan mudahnya. Kami nge-date dengan menu nasi goreng kambing delapan ribuan di pinggir jalan Pakuningratan. Hidup hanyalah rentetan peristiwa naif yg penuh kekonyolan.
Anakku, kita akan berpisah untuk waktu yg lama dan jarak yg panjang. Maka ijinkan Ayah menunduk dan mengakui semua kesalahan.
Maafkan Ayah karena tak mampu mendidik layaknya anak2 seusiamu. Mengikuti semua kemauanmu atau memanjakanmu dengan hal2 lucu. Ayah tak mau berbuat dzolim dengan membiarkanmu berlama2 menggenggam gawai pintar, menonton tv dan bersosial media hingga lupa waktu ashar.
Maafkan kebodohan Ayah karena tak bisa mengajarimu segala rupa ilmu dan perilaku yg pantas kau tiru. Menggambar masa depanmu saja Ayah tak dapat, apalagi membekalimu dengan segala materi untuk kecukupan hidup, tentu salah alamat.
Ketauhuilah anakku. Bahwa segala kenyamanan dan kemudahan yg kamu peroleh selama ini belum tentu berguna untuk masa depan. Karena bisa jadi semua itu racun yg menjelma menjadi candu dan benalu pengganggu perjalanan. Kenyamanan itu jebakan yg akan membuatmu lelah - mengantarkanmu pada kemandulan berfikir dan kemalasan bermuamalah.
Kamu harus segera dinetralisir. Disapih dengan cara melepaskanmu untuk menemukan kesulitan hidup dan belajar menyelesaikan persoalan2 nyata.
Kamu adalah anak pohon pisang yg harus dipisah dari induknya. Agar bisa tumbuh leluasa, menghirup udara pagi dan tegar menghadapi matahari.
Kamu adalah anak panah yg dibentangkan dan harus siap lepas dari busurnya untuk bergerak mencari sasaran dengan merdeka.
Kamu bukan anakku. Kamu anak kehidupan - titipan Tuhan. Dan keberhasilan orang tua adalah ketika mereka bisa menjaga dan merawat titipan itu dengan sebaik2nya.
Kiranya kamu bisa memahami semuanya, pesantren adalah tempat belajar hidup yg sesungguhnya. Cakrawala untuk menemukan kawan dan perspektif baru dalam hidupmu. Tempat ulat mengharu biru menjadi kepompong dan berpuasa untuk menjadi kupu-kupu.
Ayah berpesan, taati dawuh Kyai. Pelajari apapun yg bisa dipelajari. Hadapi semua kesulitan2 dengan kepala tegak, hati iklas dan lapang dada. Apapun yg kamu lihat, kamu rasa dan kamu dengar di pesantren ini adalah pendidikan - yg kelak menjadi bekalmu untuk meniti jalan, menapak bumi, dan menggapai dunia. Lillah.
Ayah ingat satu hal, malam itu kita duduk di pinggir lapangan basket pondokmu. Kamu bercerita, Ayah menunduk. Lalu kita terbahak membaca quote yg cukup sarkas pada baliho besar di seberang lapangan, "Jika kamu tak lebih baik dari aku, maka lebih baik kamu mati. Karena keberadaanmu disini hanya mengurangi jatah beras pondok ini". Ingat itu anakku.
Terakhir, sore tadi Ayah Ibumu sesenggukan melepasmu belajar mengarungi kehidupan. Kami berusaha iklas, namun belum tega rasanya meninggalkanmu, melepasmu di usia yg masih belia ditempa menghadapi ujian hidup jauh dari keluarga. Air mata kami tumpah, dada kami sesak dan mulut ini tak bisa berkata apa-apa kecuali :
Selamat berjuang anakku....
.
Darul Ma'rifat
Kampus 3 Pondok Modern Gontor
16 Syawal 1438H

https://www.facebook.com/masrowie/posts/10213825482450969